Sebelum terjadinya pembentukan atmosfer di muka bumi, tentu saja diawali dengan pembentukan bumi. Proses pembentukan bumi ini menghasilkan gas sisa yang sebagian besar berupa nitrogen, karbon dioksida, dan hidrogen sulfida. Gas sisa atau gas purba ini bercampur dengan debu-debu di sekelilingnya. Debu-debu kemudian menghilang seiring dengan berjalannya waktu.
Bumi yang permukaannya masih berupa lava yang sangat panas, mengalami pergolakan di dalam intinya. Aktivitas tersebut sewaktu-waktu akan menghasilkan semburan lava dari dalam perut bumi bersamaan dengan uap air yang dihasilkan oleh lava tersebut. Uap air akan berkumpul dan membentuk lapisan udara yang sangat tipis, sedangkan lava yang menyembur menjadi keras dan akhirnya membentuk gunung.
Gunung-gunung berapi terus beraktivitas dan menghasilkan uap yang banyak pula. Uap tersebut kemudian kembali berkumpul dalam jumlah yang cukup besar dan membentuk lapisan udara yang cukup tebal. Gas yang terkandung dalam lapisan udara ini didominasi oleh karbon dioksida, membuat tinggi suhu di bumi. Di masa ini, mucul makhluk hidup bersel satu yang bersifat anaerob (tidak memerlukan oksigen untuk aktivitas hidupnya).
Hewan bersel satu berkembang biak dan menghasilkan gas metana dari aktivitasnya. Produksi metana mencapai jumlah maksimum hingga mengubah komposisi atmosfer menjadi nitrogen, karbondioksida, dan metana. Muncul alga biru yang dapat menghasilkan oksigen dalam jumlah besar, komposisi atmosfer pun berubah lagi. Kehidupan alga dengan cara berfotosintesis terus meningkat, sehingga dapat menyeimbangkan komposisi atmosfer di bumi. Karbon dioksida dan metana pun berkurang, begitu pula dengan populasi hewan bersel satu. Alga hidup di rawa-rawa yang terbentuk secara alami. Rawa-rawa tersebut berbau busuk, berbuih, dan berwarna cokelat kehijauan. Dari sini, produksi oksigen meningkat drastis, keadaan ini disebut the Cambrian Explosion. Keadaan ini mengawali kehidupan hewan bersel banyak.
sumber: http://sakagami.multiply.com/journal/item/25